Sunday, January 19, 2014

Manfaat Air Cucian Beras SEbagai Masker atau Lulur




Tidak banyak yang tahu akan manfaat air cucian beras untuk kecantikan.
Padahal itu sangat baik untuk melembabkan dan mencerahkan kulit. Dan juga air cucian beras juga
dipercaya untuk menyuburkan tanaman. Ini dikarenakan air cucian beras terdapat kandungan 
seperti
gula, selulosa, hemiselulosa, glutein dan banyak vitamin.




Kita tahu bahwa wanita jepang terkenal dengan kehalusan kulit dan juga wajahnya. Ternyata mereka
sudah lama memanfaatkan air cucian beras sebagai air pencuci wajah maupun untuk mandi. Ini
disebabkan air cucian beras memberikan khasiat untuk membuat kulit wajah bersih serta lebih cerah.
Dengan manfaat tersebut, tidak heran jika banyak sekali produk kecantikan yang didalamnya
terkandung air beras seperti kosmetik tabir surya, lotion kulit, perona bibir, bedak, kondisioner rambut
dan produk kecantikan lainnya.
Untuk membuat air beras tidaklah sulit, dibawah langkah-langkah untuk membuat air beras.
Bahan yang dibutuhkan:
• Beras sekitar 1⁄4 kg
• Air secukupnya
• Wadah yang bisa dijadikan untuk mencuci beras, menyimpan air cucian beras serta saringan
Langkah-langkah pembuatan:
1. Cucilah beras yang telah dimasukkan pada wadah dengan air, lalu saringlah air cucian beras
dengan saringan pada wadah untuk menyimpan air beras.
2. Bersihkan kembali air beras sehingga terlihat benar-benar bersih.
3. Kemudian masukkan air beras pada botol atau semacamnya.
4. Air beras pun siap dipakai.
Anda bisa menggunakan air cucian beras tersebut untuk berbagai keperluan seperti misalnya air cucian
beras sebanyak 600 ml bisa digunakan untuk toner alami untuk pengontrol kelembaban kulit. Dan air
cucian beras sebanyak 1000 ml bisa digunakan untuk mandi yang baik untuk mencerahkan serta
membuat kulit lebih halus. Jika air cucian beras masih tersisa anda tidak perlu membuangnya karena
bisa disiramkan pada tanaman yang dipercaya dapat membuat tanaman lebih subur.
Namun jika anda tidak mempunyai tanaman disekitar rumah, anda bisa mengendapkan air cucian beras
beberapa saat sehingga muncul endapan pati beras, lalu pisahkan endapan pati beras tersebut dengan
airnya. Endapan pati beras tersebut bisa digunakan untuk masker wajah.
Konon, dahulunya orang jawa memanfaatkan air cucian beras untuk lulur, seperti halnya lulur jawa
yang terdiri dari rempah-rempah herbal dan bubuk beras. Beras memiliki kandungan zat oryzanol yang
dipercaya mampu memperbarui pembentukan pigmen melanin serta bisa menetralisir dampak buruk
sinar ultraviolet.Anda juga bisa menggunakan beras hitam atau merah, tidak hanya beras putih. Perbedaan warna beras
disini disesuaikan dengan jenis kulit. Seperti halnya beras putih yang digunakan untuk jenis kulit
normal cenderung berminyak, beras hitam bisa digunakan untuk semua kulit dan beras merah lebih
cocok dengan jenis kulit yang cenderung kering.
Untuk penggunaan air beras batas waktu pemakaian adalah 1 minggu dari pembuatan jika air beras
disimpan dalam kulkas. Jika anda ingin tampil cantik dengan kulit halus anda bisa mencoba manfaat air
cucian beras untuk kecantikan ini dengan rutin.
Selain untuk penunjang kecantikan, salah satu manfaat air cucian beras juga bisa dijadikan air tajin
untuk digunakan mengobati diare bayi atau balita. Namun air beras perlu dimasak terlebih dahulu
sampai mendidih. Air tajin disini khasiatnya lebih baik dari oralit disebabkan mengandung glukosa
polimer yang mudah diserap serta serta kadar glukosanya yang cukup tinggi bisa mempermudah
penyerapan elektrolit. Dan juga air tajin juga terdapat kandungan protein sekitar 7-10 %.
Apakah Anda sekarang sudah mengerti tentang manfaat air cucian beras ini? Silahkan
mempraktekkannya di rumah untuk mendapatkan kecantikan yang benar-benar alami.

Sunday, January 12, 2014

Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada

Allah Shubhanahu wa ta’alla

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta

salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi

wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

Bagi yang sering mengamati isnad hadits, nama Abu

Qilabah tidaklah asing, karena sering disebutkan dalam isnad-
isnad hadits. Terutama, karena ia seorang perawi yang

meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik. Sahabat ini

merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak

meriwayatkan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi

wa sallam. Oleh karena itu, nama Abu Qilabah sering disebut

secara berulang-ulang, seiring diulangnya nama Anas bin Malik.

Ibnu Hibban di dalam ats-Tsiqot menyebutkan kisah menakjubkan

tentangnya, yang menunjukan kekuatan keimanan Abu Qibalah

kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla.

Beliau bernama 'Abdullah bin Zaid al Jarmi, salah seorang

dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari al Bashroh.

Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan

sahabat Malik bin al Huwairits Radhiyallahu anhuma. Beliau wafat

3


di Negeri Syam pada tahun 104 Hijriah, yaitu pada masa

kekuasaan Yazid bin 'Abdil-Malik.'Abdullah bin Muhammad

berkata: Aku keluar menuju tepi pantai untuk memantau kawasan

pantai (dari kedatangan musuh). Tatkala tiba di tepi pantai, tiba-
tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat

(di tepi pantai). Di dataran tersebut ada sebuah kemah, yang di

dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan

dan kedua kakinya. Pendengarannya telah lemah dan matanya

telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat

baginya, kecuali lisannya. Orang itu berkata, "Ya, Allah. Tunjukilah

aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan

rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau

anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan

aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan."

'Abdullah bin Muhammad berkata,"Demi Allah, aku akan

mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya

bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini. Apakah ia

memahami dan mengetahui yang diucapkannya itu? Ataukah

ucapannya itu ilham yang diberikan kepadanya?" Akupun

mendatangi, lalu mengucapkan salam kepadanya. Kukatakan

kepadanya: "Aku mendengar engkau berkata 'Ya, Allah. Tunjukilah

aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan

4


rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau

anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan

aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan'.

Nikmat manakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla

anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji -Nya atas

nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah Shubhanahu

wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau

menysukurinya?"

Orang itu menjawab: Tidakkah engkau melihat yang telah

dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim

halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau

memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga

menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk

menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan

tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku

bersyukur kepada -Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan

kepadaku berupa lidahku ini.

Namun, wahai hamba Allah Shubhanahu wa ta’ala.

Engkau telah mendatangiku, maka aku perlu bantuanmu. Engkau

telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk membantu

diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan. Aku tidak bisa

berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang anak yang selalu

5


melayaniku. Saat tiba waktu sholat, ia mewudhukan aku. Jika aku

lapar, ia menyuapiku. Jika aku haus, ia memberi aku minum.

Namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya, maka tolonglah

engkau mencari kabar tentangnya. Semoga Allah Shubhanahu wa

ta’alla merahmati engkau. Aku berkata,"Demi Allah, tidaklah

seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya,

dan ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah

Shubhanahu wa ta’alla, lantas pahalanya lebih besar dari

seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan

kebutuhan orang yang seperti engkau," maka akupun berjalan

mencari anak orang tersebut, hingga tidak jauh dari tempat itu,

aku sampai di suatu gudukan pasir. Tiba-tiba aku mendapati anak

orang tersebut telah diterkam dan dimakan binatang buas.

Akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji'un. Aku

berkata,"Bagaimana aku mengabarkan kejadian ini kepada orang

tersebut?"

Tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut,

maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub Alaihissallam. Begitu

aku menemui orang tersebut, maka akupun mengucapkan salam

kepadanya. Dia menjawab salamku dan bertanya,"Bukankah

engkau orang yang tadi menemuiku?" Aku menjawab,"Benar."

6


Ia bertanya,"Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk

membantuku?"

Akupun berkata kepadanya,"Engkau lebih mulia di sisi Allah

Shubhanahu wa ta’alla ataukah Nabi Ayyub Alaihissallam ?"

Ia menjawab,"Tentu Nabi Ayyub Alaihissallam."

Aku bertanya,"Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah

Shubhanahu wa ta’alla kepada Nabi Ayyub? Bukankah -Dia telah

mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?"

Orang itu menjawab,"Tentu aku tahu."

Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan

tersebut?"

Ia menjawab,"Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah

Shubhanahu wa ta’alla."

Aku berkata,"Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib

kerabatnya dan sahabat-sahabatnya." Ia menimpali,"Benar."

Aku bertanya,"Bagaimanakah sikapnya?" Ia menjawab,"Ia

bersabar, bersyukur dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."

Aku berkata,"Tidak hanya itu, Allah Shubhanahu wa ta’alla

menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang

yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?" Ia

menjawab,"Iya."

Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?"

7


Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah

Shubhanahu wa ta’alla. Langsung saja jelaskan maksudmu.

Semoga -Dia merahmatimu."

Aku (pun) berkata,"Sesungguhnya putramu telah aku temukan di

antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan

dimakan binatang buas. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla

melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau."

Orang itu berkata,"Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla

yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat

kepada -Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka," kemudian

ia berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un," lalu ia menarik nafas

yang panjang, kemudian meninggal dunia. Aku berkata,"Inna lillah

wa inna ilaihi roji'un."

Besar musibahku, orang seperti ini, jika aku biarkan begitu saja,

maka akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk,

maka aku tidak bisa melakukan apa-apa

Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya,

dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba

datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku: "Wahai

'Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" Akupun

menceritakan kepada mereka yang telah aku alami. Lalu mereka

berkata,"Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!"


Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur

mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka

berkata: "Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal

yang diharamkan –Nya. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala

orang-orang dalam keadaan tidur".

Aku bertanya kepada mereka: "Siapakah orang ini. Semoga Allah

Shubhanahu wa ta’alla merahmati kalian?" Mereka

menjawab,"Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas. Dia sangat

cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Nabi Muhammad

Shalallahu ‘alaihi wa sallam," lalu kamipun memandikan dan

mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami

menyolati dan menguburkannya.

Setelah usai merekapun berpaling pulang, dan akupun

pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan. Tatkala

malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia

berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain

dari kain surga sambil membaca firman Allah Shubhanahu wa

ta’alla:


"Salamun 'alaikum bima shabartum" [keselamatan bagi kalian (dengan masuk

ke dalam surga) karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat

kesudahan itu. [ar-Ra'd/13:24].

Aku bertanya kepadanya,"Bukankah engkau adalah orang yang

aku temui?"

Ia menjawab,"Benar."

Aku berkata,"Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?"

Ia menjawab,"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla

menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak

bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa

bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan

tenteram bersama dengan rasa takut kepada -Nya, baik dalam

keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak

ramai."

(Diterjemahkan oleh Abu Abdil-Muhsin, dari Kitab ats-Tsiqot, karya Ibnu

Hibban. Tahqiq as-Sayyid Syarofuddin Ahmad, Penerbit Darul Fikr, Jilid 5

halaman 2-5)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007.

Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi

Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

10


_______

Footnote

[1] Hal ini, karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian

manusia. Dan kemungkinan 'Abdullah tidak membawa peralatan untuk

menguburkan orang tersebut. Sehingga, jika ia hendak pergi mencari alat

untuk menguburkan orang tersebut, maka bisa saja datang binatang

buas memakannya. Wallahu a'lam.

Saturday, January 11, 2014

buku islami pemantap hati


Detik-detik Kematian
       Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du: 
Didalam al-Qur'an Allah Shubhanahu wa ta’ala telah menggambarkan bagaimana keadaan orang yang sedang menanti detik-detik kematian menghadapi sakaratul maut, yang tentunya menjadikan kita harus waspada dan mempersiapkan kejadian yang pasti akan menyambangi setiap orang. Allah ta'ala berfirman:
﴿ فَلَوۡلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلۡحُلۡقُومَ ٨٣ وَأَنتُمۡ حِينَئِذٖ تَنظُرُونَ ٨٤ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنكُمۡ وَلَٰكِن لَّا تُبۡصِرُونَ ٨٥ فَلَوۡلَآ إِن كُنتُمۡ غَيۡرَ مَدِينِينَ ٨٦ تَرۡجِعُونَهَآ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٨٧ [ الواقعة: 83-87 ]
"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, Padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat, Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?".  (QS al-Waaqi'ah: 83-87).

Yang dimaksud ialah detik-detik menjelang kematian. Pada saat itu: "Padahal kamu ketika itu melihat". Pada malaikat yang akan mencabut nyawamu serta saat-saat menakutkan dari sakaratul maut. "Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu". Dengan ilmu kami, kekuasaan serta para malaikat kami. Akan tetapi kalian tidak melihatnya. Imam Ibnu Qoyim menjelaskan: "Sesungguhnya Allah azza wa jalla menjadikan perkara akhirat dan segala yang berkaitan dengannya sebagai perkara ghaib dan menutup dari pemandangan muslim negeri akhirat ini. Hal itu, termasuk kesempurnaan hikmah yang Allah ta'ala miliki, disamping juga sebagai pembeda antara orang yang beriman pada perkara ghaib dan yang tidak.
Kejadian pertama kali yang masuk dalam perkara akhirat ialah bahwa para malaikat turun kepada orang yang sedang menunggu kematian, lalu datang dan duduk disampingnya. Adapun orang yang sedang sekarat tadi mampu melihat keberadaan mereka dengan mata telanjang, dan mengerti pembicaraan mereka. Sedang yang mereka bawa adalah kafan dan hanuth, yang dibawa dari surga ataupun dari neraka (sesuai keadaan orang yang akan mati). Para malaikat tadi juga mengucapkan amin atas do'a orang-orang yang hadir pada saat itu, dan semua do'a di amini oleh malaikat, baik do'a kebaikan ataupun do'a kejelekan.
Terkadang para malaikat datang sambil memberi salam kepada orang yang sedang sakaratul maut, dan terkadang orang tadi mampu menjawabnya dengan ucapan yang jelas, atau hanya sekedar isyarat dan kadang hanya didalam hati, disebabkan dirinya sudah tidak mampu berucap tidak pula memberi isyarat. Terkadang terdengar kalimat dari beberapa orang yang sedang sakaratul maut ucapan; selamat datang duhai para pemilik wajah-wajah yang indah. Dan syaikh kami pernah mengabarkan pada kami tentang kisah sebagian orang yang sedang sakaratul maut. Beliau mengatakan: "Aku tidak tahu apa yang dia lihat, dan beliau menceritakan bahwa terdengar dari orang tersebut jawaban salam sambil mengatakan: 'Alaika salam, silahkan masuk dan duduk disini. Semoga keselamatan atasmu silahkan masuk duduk sini'.
Dikisahkan oleh Ibnu Abi Dunya bahwa Umar bin Abdil Aziz tatkala dihari dirinya akan meninggal beliau menyuruh orang-orang yang ada disekitarnya: "Dudukan saya". Mereka lantas membantu beliau untuk duduk. Setelah itu terdengar dari bibir beliau: "Engkau yang telah menyuruhku, namun, masih banyak kekurangan yang belum ku kerjakan. Engkau yang melarangku, namun, justru aku menerjangnya'. Sebanyak tiga kali. Setelah itu terdengar: "Akan tetapi laa ilaha ilallah". Lalu beliau menengadahkan kepala keatas sambil melihatnya dengan tajam. Maka orang-orang yang ada disekelilingnya bertanya: "Sesungguhnya engkau melihat dengan pandangan sangat tajam, wahai Amirul mukminin? Kemudian beliau membaca firman Allah ta'ala:

﴿ تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوّٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادٗاۚ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ ٨٣  [ القصص: 83 ]
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa".  (QS al-Qashash: 83).

Beliau berkata: "Sungguh aku melihat ada orang yang datang, bukan dari bangsa jin bukan pula manusia". Setelah itu beliau meninggal dunia.
Fudholah bin Dinar juga pernah mengkisahkan: "Aku pernah menghadiri Muhammad bin Wasi' yang sedang sakaratul maut, lalu terdengar dari lisannya perkataan: "Selamat datang wahai para malaikat Rabbku. La haula wa la quwata ila billah. Sungguh aku mencium bau wangi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya sewangi ini". kemudian sambil diiringi pandangan keatas dirinya kemudian meninggal dunia. Dan kisah-kisah semacam ini sangatlah banyak. Imam Ibnu Qoyim pernah membawakan sebuah kisah yang sangat menarik untuk kita jadikan pelajaran: "Sebagian orang yang bisa dipertanggung jawabkan ucapannya pernah mengabarkan, bahwa dirinya suatu ketika pernah menggali tiga lubang kubur untuk jenazah. Tatkala telah usai pekerjaannya dirinya duduk istirahat sejenak sambil berbaring, dalam keadaan semacam itu, dirinya melihat seakan dalam mimpi ada dua malaikat yang turun lantas berhenti diatas salah satu kubur yang ku buat tadi lalu berkata pada temannya: 'Tulislah satu farsakh (yaitu ukuran meter sekitar empat kilo setengah meter atau sama dengan tiga mil) untuk penghuninya'. Kemudian pindah ke kubur sebelahnya dan berkata pada temannya lagi: "Tulis satu mil untuknya'. Lantas berhenti pada kubur terakhir yang ku buat, dan sama menyuruh temannya untuk menulis, namun, yang ini dia berkata: "Tulislah untuknya satu Fitru (ukuran jarak antara jari telunjuk dan jempol)'.
Orang tersebut sangat kaget dengan keadaan yang seperti mimpi tersebut, setelah terjaga, tidak berapa lama datang seorang mayat laki-laki yang asing bagiku lantas dikubur pada lahat yang pertama. Kemudian datang lagi jenazah laki-laki lalu dikubur pada lahat kedua. Setelah itu datang lagi jenazah perempuan kaya yang diiringi oleh banyak orang, lantas dirinya dikubur pada lahat yang ketiga, yaitu didalam lahat yang sempit seperti yang ia dengar didalam penglihatannya tadi, yang dikatakan: 'Tulis untuk penghuni kubur ini satu Fitru (yaitu jarak antara jari telunjuk dan jempol)".
Dan telah mengabarkan padaku (penulis) saudara kami Abu Abdillah Muhammad bin Raziz al-Harani sebuah kisah yang dia alami sendiri. bahwa suatu hari dirinya pernah keluar dari rumah setelah sholat Ashar menuju kebunnya. Manakala matahari belum tenggelam dan aku melewati sebuah pemakaman, tiba-tiba aku melihat ditengah-tengah kubur tersebut keluar semburan api yang sangat besar seperti lidah besar, sedang penghuni kubur berada ditengah-tengahnya. Melihat kejadian itu, aku mengusap-usap mata sambil bergumam apa aku sedang mimpi atau tidak? Kemudian aku memanjat pagar pembatas, aku baru sadar ternyata aku tidak sedang mimpi.
Setelah itu aku bergegas pulang menuju rumah, masuk ke rumah dalam keadaan takut dan cemas. Sampai ketika di hadirkan makan malam oleh istriku, aku tidak mampu untuk memakannya, karena kejadian sore tadi. Keesokannya aku mendatangi kampung jenazah itu untuk mencari informasi dan menanyakan siapa penghuninya, maka dikabarkan padaku bahwa jenazah itu semasa hidupnya adalah seorang pegawai pajak yang meninggal dan dikubur pada hari dimana aku melihat jilatan api tersebut". Sesungguhnya melihat api dari dalam kubur semacam ini,  atau melihat malaikat atau jin adalah suatu perkara yang sangat mungkin bagi orang yang dikehendaki Allah untuk hal itu. 
Jika Allah azza wa jalla menghendaki, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menampakan perkara ghaib ini pada sebagian orang dan tetap menjadi ghaib pada yang lain. Karena kalau seandainya semua orang bisa melihat kejadian semacam itu tentu hilang hikmah taklif dan perintah untuk beriman pada perkara ghaib, ditambah manusia tidak mungkin sanggup saling mengubur jenazah mereka. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ هَذِهِ الأُمَّةَ تُبْتَلَى فِى قُبُورِهَا فَلَوْلاَ أَنْ لاَ تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِى أَسْمَعُ مِنْهُ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya umat ini akan diuji didalam kubur-kubur mereka. Kalaulah seandainya tidak ditakutkan kalian saling mengubur tentulah aku memohon kepada Allah agar diperdengarkan pada kalian dari siksa kubur seperti yang aku dengar". HR Muslim no: 2867.

Diantara keadaan orang yang sedang sakaratul maut ialah ada yang dikatakan pada mereka; laa ilaha ilallah. Dirinya malah menjawab; hah..hah aku tidak mampu mengatakannya. Disebutkan oleh Abdul Aziz bin Abi Dawud: "Aku pernah menghadiri seorang yang sedang ditalqin tatkala sakaratul maut dengan: 'Laa ilaha ilallah'. Maka ucapan terakhir yang dia ucapkan ialah: "Dia kufur dengan apa yang engkau ucapkan". Dan dia mati dengan ucapan tersebut. kemudian aku bertanya tentang keadaannya. Maka dikabarkan padaku dirinya adalah penimbun miras'. Setelah itu dia memberi petuah: 'Takutlah kalian dari sebuah dosa sesungguhnya itulah yang menyebabkan orang itu mati su'ul khatimah". Ada lagi yang ditalqin supaya mengatakan: 'Laa ilaha ilallah'.  Akan tetapi, yang terdengar dari lisannya ialah alunan lagu yang dihafal sampai dirinya dicabut nyawanya. Sedangkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits yang shahih:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ » [أخرجه  مسلم]
"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan ketika dirinya meninggal". HR Muslim no: 2878.

Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan: "Dosa dan perbuatan maksiat serta mengikuti hawa nafsu akan menelantarkan pelakunya pada saat-saat menjelang kematiannya, ditambah dengan godaan setan yang menyesatkan. Sehingga terkumpul bagi para pendosa dua hal yang menelantarkannya disebabkan lemahnya iman. Lalu menjadikan dirinya pada akhir penghidupan yang jelek, su'ul khatimah".
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya






GAMBAR PRODI UGM