“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah)
yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali Imran, 3: 96)
Secara umum, umat Islam memahami bahwa awal Kota Mekah
merujuk pada pembangunan Kakbah oleh Nabi Ibrahim a.s. dan putranya,
Nabi Ismail a.s. Hal ini didasarkan pada salah satu ayat Allah Swt.
dalam Al Quran berikut ini.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, ‘Ya Tuhan kami,
terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.’” (QS Al Baqarah, 2: 127)
Namun demikian, mencermati firman Allah Swt. pada surat
Ali Imran ayat 96 di atas, ada satu hal yang jadi bahan perenungan. Ayat
tersebut menyatakan bahwa Baitullah yang dibangun di Bakkah itu menjadi
petunjuk bagi semua manusia. Jika sejatinya demikian, bukankah itu
berarti bahwa manusia sebelum Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.
tidak mendapat petunjuk dari keberadaan Kakbah jika bangunan tersebut
dibangun oleh keduanya?
Menjawab hal tersebut, beberapa pendapat memahami bahwa
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. hanyalah penerus pembangunan
Kakbah. Hal itu mereka pahami dari kata ‘yarfa’u (meninggikan)
yang terdapat pada surat Al Baqarah ayat 127. Artinya, sebelum Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. meninggikannya, bangunan Kakbah
sendiri sudah ada.
Lantas, siapa yang membangun Kakbah sebagai awal mula Kota Mekah?
Disebutkan dalam Tarikh Makkah Al Musyarrafah,
Imam Ibnu Adh Dhiya telah meriwayatkan dari Ali bin Al Husein bahwa ia
telah ditanya tentang awal mula thawaf mengelilingi Baitullah. Beliau
menjawab bahwa awal mula thawaf mengelilingi Baitullah itu adalah ketika
para malaikat bertobat memohon ampun kepada Allah Swt. atas pertanyaan
‘keberatan’ mereka mengenai rencana Allah Swt. menciptakan manusia di
muka bumi (QS Al Baqarah, 2: 30). Diriwayatkan bahwa setelah Allah Swt.
menjawab keberatan para malaikat “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui”, para malaikat berhimpun di Arsy, mengangkat kepala
dan jari jemari mereka, mengisyaratkan ketundukan dan menangis karena
takut akan kemurkaan-Nya. Mereka mengelilingi Arsy sebanyak tiga kali.
Di dalam riwayat lain disebut juga tujuh kali. Hal itu mereka lakukan
karena mengaharapkan keridhaan Allah Swt. Atas hal tersebut, Allah Swt.
kemudian berkata kepada mereka,”Bangunlah oleh kalian di bumi sebuah
rumah yang menjadi tempat kembali setiap orang yang Aku murka
terhadapnya dari makhluk-Ku dan ia mengelilinginya (thawaf) sebagaimana
kalian lakukan di Arsy-Ku. Maka, Aku akan mengampuninya sebagaimana Aku
telah mengampuni kalian.” Lalu mereka pun membangun Kakbah.
Terdapat pula riwayat yang menyebutkan bahwa Allah Swt.
telah mengutus malaikat dan berkata kepada mereka,”Bangunlah oleh kalian
sebuah rumah seperti Al Baitul Ma’mur.” Para malaikat pun melakukannya.
Allah Swt. kemudian memerintahkan agar rumah itu dikelilingi (thawaf)
sebagaimana Al Baitul Ma’mur. Ini terjadi sebelum penciptaan Adam a.s.
Karena itulah mengapa kemudian Mekah disebut dengan Ummul Qura, asal
negeri.
Dalam menafsirkan surah Ali Imran ayat 96, Imam Al
Qurthubi, seorang ahli tafsir, mengatakan bahwa orang yang pertama kali
membangun Baitullah adalah Nabi Adam a.s. Imam Ali bin Abi Thalib
menyatakan bahwa Allah Swt. memerintahkan para malaikat-Nya untuk
membangun Baitullah di muka bumi dan melaksanakan thawaf di sana.
Peristiwa tersebut terjadi sebelum Adam diturunkan ke bumi. Setelah
turun, Adam menyempurnakan bangunannya dan berthawaf di sana. Kemudian,
pembangunan Baitullah tersebut dilaksanakan kembali dan disempurnakan
oleh Nabi Ibrahim a.s. bersama putranya, Nabi Ismail a.s.
Al Azraqi, dalam Tarikh Makkah menyebutkan sebagai berikut.
“Setelah peristiwa banjir besar, lokasi Kakbah dulu telah hilang.
Lokasi tersebut berbentuk bukit kecil berwarna merah yang tidak
terjangkau aliran air. Saat itu, manusia hanya tahu bahwa di sana ada
tempat yang sangat bernilai tanpa mengetahui lokasinya secara pasti.
Dari seluruh penjuru dunia, mereka yang dizalimi, menderita, dan butuh
perlindungan datang ke tempat ini untuk berdoa. Doa mereka pun
dikabulkan. Manusia pun mengunjunginya hingga Allah memerintahkan
Ibrahim untuk membangun Kakbah kembali. Sejak Nabi Adam a.s. diturunkan
ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang dimuliakan dan diperbaiki
terus-menerus oleh setiap agama dan umat dari satu generasi ke generasi
lainnya. Tempat ini juga senantiasa dikunjungi malaikat sebelum Adam
turun ke bumi.”