Saturday, February 15, 2014

The Important of Javanese Language




Jananese is one of the traditional language in our country, Indonesia. From many traditional language, Javanese is one of the important language that we must proud of it. I personally think that Javanese is the important language. Why I did say that ?
Firstly, Java is our place that we born and we life. And, Javanese is a traditional language from Java. It is spoken by many people who life in Java, especially from central java, either as a first language.
Secondly, Javanese is our identity. If we use the Javanese language, we will join to everlasting the Javanese language.
Now, many people infrequently to use the Javanese language. It is indicate that this language need more consideration. So we must conservethe javanese language.
From the fact above, I personally believe that Javanese language is the important language.

Tafsir Kebahagiaan



            Karya             : Jalalludin Rakhmat
            Penerbit          : Serambi
            Tebal Buku    : 200 halaman


            Buku tafsir kebahagiaan ini adalah salah satu buku karya Jalludin Rakhmat yang mengajak para pembaca untuk menambahkan diri dalam sudut yang tepat dalam mengandung arti kebahagiaan agar realitas yang dihadapi dapat memberi kebahagiaan atau harapan tentang kebahagiaan.
            Lewat tuntunan ayat-ayat Al-Quran, ditambah ulasan tentang hadits nabi, hubungan ayat dengan ayat lain, dan penemuan mutakhir sians serta penelitian manusia tentang kebahagiaan, buku ini juga  membahas bahwa ternyata Al-Quran cocok dengan penemuan dan pengetahuan mutakhir.
            Kebahagiaan bukan hanya ketentraman dan kenyamanan saja. Kenyamanan atau kesenangan satu saat saja tidak melahirkan kebahagiaan. Mencapai keinginan saja tidak dengan sendirinya memberi     kebahagiaan . Kesenangan dalam mencapai keinginan biasanya bersifat sementara. Satu syarat penting yang harus ditambahkan yaitu kelestarian atau menetapnya perasaan itu ke dalam diri kita.
            Pada hari kiamat nanti, manusia akan dibangkitkan di padang mahsyar. Ketika Allah membangkitkan seorang mukmin, Allah juga membangkitkan seseorang yang mirip degan dirinya. Oerang yang mirip itu berjalan seraya membimbing si mukmin.
            Ketika si mukmin melihat sesuatu yang menakutkan, orang yang mirip itu menentramkannya. Ketika si mukmin melihat sesuatu yang menyedihkan, orang yang mirip itu menghiburnya. Kemudian di hadapan pengadilan tuhan, orang yang mirip itu membela si mukmin. Pada akhir pengadilan, si mukmin mendapat keputusan adkhiluhu al-jannah! Mwmasukkan dia ke dalam surga.
            Orang yang mirip itu kemudian mengantarkan si mukmin ke tempat yang penuh kebahagiaan. Si mukmin bertanya, “ siapa sebenarnya kau?” lalu orang yang mirip itu menjawab “ dahulu di dunia setiap kali kau membahagiakan manusia, Allah menciptakan makhluk sepertiku agar aku bisa memberi kebahagiaan kapadamu hari ini.
            Dari cerita tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa amal shaleh dan kebajikan yang kita perbuat saat ini dapat mendatangkan kebahagiaan kita pada akhirat nanti.
            Kesulitan dan penderitaan hanyalah pengantar menuju kemudahan dan kebahagiaan. Dan kemudahan serta kebahagiaan akan betul-betul nikmat jika diawali dengan kesulitan.
            Siang hari kita rasakan semakin benderang jika kita kenang kelam malam. Kita lebih merasakan nikmatnya sehat jika sudah pernah mengalami keadaan sakit. Jika demikian, maka pada saat berada dalam kebahagiaan, kemudahan , dan kondisi sehat, kita akan lebih bersyukur.
            Selain itu, bukuini juga berpesan untuk jangan sewenang-wenang terhadap anak yatim dan jangan menghardik peminta-minta. Dan bersyukurlah atas nikmat tuhan, sehingga jika pernah menjadi yatim, yang perlu mendapat perlindungan, maka selanjutnya jadilah pelkindung bagi anak-anak yatim.
            Jika pernah hidup kekurangan dan miskin, maka setelah hidup berkacukupan, jadilah orang yang dermawan. Semua itu sebagai ungkapan rasa syukur kita tyerhadap  karunia Allah SWT.
            Seorang filsuf dan penyair Iran bernama Said bercerita. Suatu ketika, dia mendirikan shalat di masjid Bani Umayyah. Selesai shalat, dia melihat sepatu yang tadi dia pakai ternyata hilang. Hatinya menyalahkan setiap orang yang ada. Dia berbisik sendiri “di tempat ibadah kok malah terjadi pencurian”.
            Saad lalu kembali ke masjid dan hendak menenyakan berangkali ada yang tahu sepatunya.
Belum lagi bertanya, dia melihat orang tua tersenyum dengan selalu terkukum senyum di wajahnya., menyemburatkan bahagia di hatinya. Dan yang membuat Saad tertegun adalah ternyata orang tua itu cacat dan kehilangan dua kakinya. Lantas dia merenung., bagaiman bisa dia menggerutu hanya karena kehilangan sepatu, sdementara wajah orang tua itu memncarkan wajah bahagia walau dengan cacat di tubuhnya.
            Kisah di atas menggambarkan missing style syndrome. Setitik deria menjadi seolah raksasa karena perhatian tertuju padanya. Dengan mengabaikan bahwa yang setitik itu sesungguhnya berada di tengah belantara bahagia.
            Bersabar terhadap musibah, meskipun berat, itu hal biasa dean tidak istimewa, sebagaimana bersyukur terhadap karunia . Yang istimewa adalah jika bersyukur terhadap musibah yang telah kita terima.

            Bagaiman caranya bersyukur terhadap musibah? Caranya yaitu dengan melihat sisi positif dan kebaikan dalam musibah itu.
             Mengapa kita harus bersyukur terhadap musibah? Jawabannya singkat. Sebab musibah adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia. Namun, musibah itu akan membawa derita ataupun bahagia tergantung dari bagaimana sikap orang yang menghadapi itu.
            Mengeluh dan meratapi musibah hanya akan menghidupkan gen negatif yang mengintruksikan tehadap aksi-aksi negatif pula, serta mempengaruhi  kondisi tubuh. Sebaliknya, apabila orang yang tertimpa musibah itu kemudian menata jiwa dan pikiranyya, maka itu akan menghidupkan gen positif yang tentunya akan menunjukkan pada perbuatan yang positif.
            Intinya adalah bahwa dalam keberuntungan dan kemalasan, anugerah dan musibah, adalah keniscayaan hidup. Namun, derita dan bahagia adalah sikap dan ada dalam kendali hati. Artinya tidak bisa dikatakan bahwa orang yang tertimpa kemalangan dan musibah pesti menderita. Demikian sebaliknya, kita tidak bisa memastikan bahwa anugrah materi duniawi selali membuat orang bahagia.
            Berprasangka yang baik sajalah agar jiwa kita senang. Sebab berprasangka buruk menjadikan seseorang takut dan cemas terhadap sesuatu yang sebenarnya belum pasti terjadi, dan hanya membuat hidupnya cemas dan gelisah.
            Hanya dalam tiga hal kita diperbolehkan berperasangka buruk yaitu:
  1. terhadap musuh atau daerah yang tidak aman
  2. dalam memberi amanah.
Kita harus berhati-hati dalam memberikan kepercayaan kepada orang.
  1. Terkait ilmu agama.
Tujuanya adalah untuk menjaga kemurnian sumber-sumber agama. 

Namun sayang dalan buku ini terdapat  beberapa kelemahan, diantaranya adalah bahwa terlalu banyak contoh- contoh fakta yang menyebabkan sedikit materi inti yang dapat ditangkap. Selain itu perwajahan atau tampilan buku ini kurang menarik  dengan dominasi warna kuning yang terlalu mencolok.
Walaupun demikian, karena informasi tersebut dijewlaskan secara rinci dan jelas, membuat pembaca mudah memahami hal-hal dan informasi yang jarang  didengar. Selain itu, buku ini cocok untuk dibaca oleh semua golongan dan semua usia karena memotifasi kita  bagaimana mencapai kebahagiaan yang sebenarnya

GAMBAR PRODI UGM